Monday, November 14, 2016



by Marc Turlan
Waktu itu, aku bersandang putih abu-abu. Kami bertemu di lantai ketiga. Kemudian kami tidak mengenal apa-apa lagi padahal hati pernah sama-sama bertandang. Sekarang, kedua raga itu pun enggan saling bertanya. Mungkin hanya sosok bersandang putih abu-abu yang aku kenal dulu, yang penuh memori dan tanda tanya tentang ada atau tidak adanya rasa. Jikalau kami sama-sama bertanya, mungkin akan ada yang tersakiti. Jadi, biarkan saja semuanya begini adanya; semua orang punya cerita, dan begitu juga kami. 

No comments:

Post a Comment