Monday, October 27, 2014

Soneta

Ketika Takdir Menyapa

Oh begitu rupanya
Lucu terasa di urat mati
Lara yang dirana
Ketika takdir yang menyapa

Entah apa,
Dimana kuletakan salah ini
Dinginnya diri kini berapi
Ketika takdir menyapa,

Menyayat hati tak guna jua
Ketika takdir telah menyapa
Cita dipuja, lara mesti disuka
Semua ini ketika takdir menyapa

Ketika takdir menyapa,
Yang terjadi, terjadi tiada guna

Distikon



Belenggu

Menanti hitam yang putih dan benci yang dicinta
Tak kuasa aku menahan diri dalam sedu terpana

Sebuah Syair

Manusia Liberal


Tak akan bisa kau menghadang
Jiwaku yang berani terus menantang
Manusia-manusia jelek penentang
Kebebasan absolut selalu menang

Muak dengan reformasi
Kujauhkan segala ideologi
Tak perlu aku dihargai
Tak percaya aku pada teori

Kau bilang Patriotisme di dadamu
Nasionalisme dalam jiwamu,
Apa benar tulus kepedulianmu,
Kepada jutaan individu?

Tak peduli mereka berkata
Tak akan kudengar segala hina
Tak sudi aku menghembus kata
Ku akan diam seribu bahasa

Sudah habislah semua asa
Lelah bergantung pada Negara
Aku bukanlah kau maupun dia
Hanya diriku lah yang kucinta

Berjanji aku padaku
Akan ku kejar apa yang ku mau
Setiap waktu akan selalu
Kudapatkan kebahagiaanku

Boleh kau memanggilku gila,
Atau gadis keras kepala
Demi Tuhan aku hanya,
Seorang individu merdeka!