Saat itu aku sedang menghabiskan waktu kosong di kampus, duduk sejajar dengan manusia-manusia seni. Seni visual. Kemudian, dia memaksa untuk memperlihatkan tulisanku kepada pakar seni visual itu. Aku menolak pada walnya, karena aku menggunakan banyak kata "ngentot" belakangan ini. Tetapi tetap juga dia perlihatkan. Pakar seni itu berkata, "Kau tahu? Aku melihat Iwan Simatupang dalam tulisanmu."
Kembali lagi pada dua tahun lalu.
Di mana guruh aneh itu menyuruhku untuk membaca salah satu buku terbaik yang pernah aku baca, "Ziarah", karya Tuan Simatupang itu.
"Tokoh kita, seorang pelukis yang terkenal, yang lukisannya memikat banyak orang, Beliau bingung akan diapakan kekayaannya, memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat dari sebuah bangunan. Ketika tokoh kita melompat, ia menimpa seorang gadis cantik. Kemudian dia jatuh cinta dengan gadis tersebut, dan menyetubuhinya di tengah jalan itu. Orang-orang histeris melihat tingkah lakunya, kemudian pelukis dan gadis ini dibawa ke kantor sipil untuk dinikahkan."
Kembali lagi pada hari itu,
Di mana aku menceritakan pada Aziz, bagian cerita tersebut. Aziz mengatakan, mungkin maksud Tuan Simatupang tidak sekedar menunjukan keabsurdan, tetapi mungkin tragedi itu memiliki falsafah tersendiri.