Thursday, May 14, 2015

Manusia Gunung

Layaknya sebuah halaman kosong, diriku adalah tinta. Saya lukiskan, saya tulis, saya hiasi segala hal yang terpikir dan yang terbenak, yang terasa, yang dirasa, pada diri sebagai kertas putih yang luas. Kertas putih yang terus menemani, bahkan kala terdiam, tertidur, kertas putih selalu ada. Kertas putih layaknya sebuah halaman kosong, akan lebih baik jika terisi. Maka saya isi semua, mereka bilang saya mencorat-coret. Namun kami sedang hidup bersama, saya tinta, dia kertas. Dia gunung, saya angin. Namun, kertas putih saya tidak sekedar kertas putih. Dia dapat berbicara seraya saya menulis di atasnya, dia tahu mana prosa yang tepat untuk dituliskan, dia tahu kapan saya berubah menjadi angin, dan dia dapat membuat saya bergerak cepat atau sepoi, atau terdiam, menggenang di udara.

Dan ketika dia jauh, dalam bentuk angin, saya menyapa dan menyelimuti, tubuh yang dingin yang lesu. Agar tidurnya lelap. Agar besok dia kembali. 

No comments:

Post a Comment